Kapan Waktu Terbaik Untuk Khitan?

Kapan waktu terbaik untuk khitan? Pertanyaan ini sering sekali disampaikan. Apakah usia bayi, usia TK, atau malah SD? Zaman dahulu, tahun 90-an, kita melihat anak-anak dikhitan ketika sudah cukup besar, misal kelas terakhir sekolah dasar, atau malah SMP. Tetapi, zaman sekarang, tentu anak akan merasa malu jika sudah kelas 5, 6 atau justru SMP, dan ternyata belum dikhitan.

Dalam syariat Islam, tidak secara eksplisit disampaikan, kapan waktu terbaik untuk khitan. Hanya saja, semua bersepakat, bahwa sebelum baligh, seorang anak laki-laki harus sudah dikhitan. Dalam Mazhab Asy-Syafi'i, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Tuhfatu Al-Muhtaj, yang merupakan rujukan dari Mazhab Asy-Syafi'i, batas usia khitan adalah ketika anak sudah baligh, yakni sudah mengeluarkan sperma atau mimpi basah. Namun, afdholnya adalah di usia 7 hari, 40 hari atau 7 tahun (sumber klik SINI). 

Sedangkan menurut Mazhab Malikiyah dan Hambaliyah, usia khitan adalah ketika anak mulai diperintahkan mendirikan shalat, yakni kisaran usia 7 sampai 10 tahun. Berarti, ini adalah usia anak memasuki kelas 1 hingga kira-kira kelas 4 SD. Adapun Imam Hanafi menyebutkan usia khitan adalah sekitar usia 9 atau 10 tahun.

Jadi, mau khitan saat bayi, saat usia TK atau SD, semua ada rujukannya masing-masing. Yang penting harus dilakukan sebelum baligh. 

Dalam pengalaman kami sebagai dokter, usia khitan yang paling kami anjurkan adalah ketika bayi sekalian, karena rasa sakit lebih ringan, dan orang tua tidak akan terlalu repot mengurusinya. Akan tetapi, tentu banyak yang tidak tega mengkhitan bayi, meski saat ini sedang trend, dan ternyata setelah kami melakukan khitan terhadap bayi, baik-baik saja kondisinya.

Usia terbaik lain yang dianjurkan adalah ketika anak sudah siap. Baik siap secara mental maupun secara fisik. Selain anak sudah mampu mengurusi dirinya sendiri, bisa menahan rasa sakit, juga secara psikologis anak sudah merasa ingin berkhitan.

Sebaiknya, jangan paksa anak untuk khitan. Orangtua melakukan edukasi dan pengondisian kepada anak, serta terus memotivasi, tetapi biarlah anak merasa siap dengan sendirinya.

Semoga penjelasan ini membuat kita semua lebih paham.